Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Kepribadian Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) mengadakan survei pemetaan karakter toleransi mahasiswa.
Survey ini dilakukan selama bulan April 2022 dengan melibatkan 397 mahasiswa dari 16 fakultas pada rentang usia 17-22 tahun.
Dari penelitian tersebut, kesimpulan yang dapat diambil ialah tingkat toleransi mahasiswa UB berada pada tataran sedang sebanyak 85,64 persen, tinggi sebanyak 4,03 persen, dan rendah sebanyak 10,33 persen.
“Kami menyimpulkan rata-rata toleransi mahasiswa UB dalam kategori sedang karena ada indikator yang posisinya rendah, yaitu bagaimana penerimaan mahasiswa terhadap minoritas, yang menurut saya menjatuhkan poin yang lain.
Padahal pada indikator lain yang ranahnya konseptual, nilainya sudah cukup baik dan memperlihatkan bahwa mahasiswa sudah sangat memahami isu toleransi keberagaman,” jelas Kepala Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Kepribadian Mahasiswa UB Mohamad Anas seperti dikutip di laman resmi UB pada Rabu, 25 Mei 2022.
Selain itu, kata dia, sebagian besar responden merupakan mahasiswa yang berkuliah di masa pandemi, sehingga belum benar-benar berintreraksi secara langsung dengan teman-temannya di kampus.
“Ini menjadi PR tersendiri bagaimana menumbuhkan sikap toleransi di masa pandemi,” ujarnya.
Anas menyampaikan terdapat tujuh indikator dalam penelitian ini, yakni: (1) Pemahaman tentang toleransi dan nilai-nilai kemanusiaan, (2) Sikap penerimaan terhadap perbedaan, (3) Sikap mengakui keberadaan minoritas, (4) Sikap tidak memaksakan kehendak, (5) Sikap saling menghargai sesama manusia, (6) Respon terhadap tindakan intoleransi, dan (7) Praktik Toleransi.
“Pemetaan ini bukan dalam rangka melihat kelemahan, tetapi justru untuk mencari ceruk mana yang bisa kita kembangkan untuk memperkuat nilai karakter mahasiswa UB,” kata dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ini.
Melihat hal tersebut, Anas mengatakan UB melalui Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Kepribadian Mahasiswa sebagai pengemban amanah untuk pendidikan karakter berupaya terus mengembangkan program dan kegiatan untuk mahasiswa terutama pada level tindakan atau praktik.
“Sebenarnya kami sudah lama menginisiasi program lintas agama, seperti Moral Camp atau Sekolah Kebangsaan.
Kami mengajak mahasiswa ke desa atau dusun yang plural untuk belajar keberagaman, menyapa minoritas.
Namun, selama ini hanya diikuti 50-60an mahasiswa.
Saya kira itu penting untuk lebih dimasifkan, karena akan mengubah mindset mahasiswa,” ucapnya.
Anas menambahkan, UB telah menyediakan aplikasi KEREN, singkatan dari Karakter Kreatif, Entrepreneur, Religius, dan Nasionalis.
Mahasiswa yang mengambil mata kuliah Pengembangan Kepribadian Mahasiswa dapat terkoneksi dengan aplikasi tersebut.
“Jadi setiap mahasiswa yang mengambil mata kuliah PKM, bisa terkoneksi dengan aplikasi itu, dan harus membuat proyek-proyek yang sifatnya toleransi.
Menurut saya ini baik untuk pengembangan nilai dan karakter toleransi.
Dan kami harap akan ada respons dari pimpinan untuk kebijakan yang lebih komprehensif untuk meningkatkan toleransi mahasiswa,” katanya.
Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Kepribadian Mahasiswa Universitas di UB mengelola empat mata kuliah pendidikan karakter, yaitu Agama, Pancasila, Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia.
Kepala Bidang Penelitian dan Pengabdian Millatuz Zakiyah menuturkan penelitian ini dilakukan sesuai dengan prosedur penelitian ilmiah, yaitu melalui FGD penyusunan definisi, konsep, dan variabel toleransi, penyusunan indikator, penyusunan kuisioner, uji validitas dan reliabilitas data dengan uji coba pada kelompok kecil dan diskusi dengan ahli.
“Setelah kuisioner terbukti andal dan reliabel, baru dilakukan penyebaran angket secara online kepada mahasiswa dari 16 fakultas,” jelas Millatuz.