Ketika seseorang merasa enggan beranjak dari kasur setelah bangun tidur, itu menandakan kondisi klinomania.
Seseorang yang mengalami klinomania biasanya akan merasa betah berada di tempat tidur dalam waktu yang lama.
Mengutip laman Clinomania, kondisi klinomania agak sulit diperiksa karena gejalanya berlainan.
Sebagian gejalanya mirip seperti gangguan kecemasan.
Klinomania sering dianggap seperti kondisi letih yang terus-menerus atau sindrom kelelahan kronis.
Tapi, pandangan itu tak sepenuhnya dianggap benar, klinomania cenderung dipengaruhi gangguan kecemasan atau depresi.
Setelah seseorang bangun tidur muncul keinginan untuk kembali ke tempat tidur.
Kecenderungan klinomania membuat seseorang ingin melakukan segala di tempat tidur, misalnya membaca, menulis, menjelajahi Internet.
Ada pula kecenderungan lainnya, misalnya setelah bangun tidur sering melamun di tempat tidur.
Ketika ingin beranjak dari tempat tidur tubuh enggan untuk berpindah.
Klinomania bukan tergolong penyakit atau nonpatologis.
Kondisi ini merupakan gejala depresi atau stres.
Mengutip My Fit Brain, klinomania bisa muncul akibat gangguan kecemasan atau merasa rendah diri atau gagal, enggan menjalin hubungan sosial.
Klinomania juga menandakan salah satu gejala depresi terkait fobia tertentu dan kecemasan berlebihan menganggap diri mengalami penyakit serius tanpa ada hasil diagnosis (hipokondria).
Klinomania memerlukan psikoterapi untuk meredakan gejala, biasanya terapi perilaku kognitif.
Jika kondisinya terlalu depresi, berkemungkinan memerlukan pengobatan farmakologis mengonsumsi obat antikecemasan atau antidepresan.
Klinomania harus diatasi agar orang kembali memiliki semangat hidupnya, mampu bekerja, berkegiatan, dan beraktivitas sosial dengan teman atau keluarga.
Itu sebabnya orang yang klinomania butuh menyesuaikan gaya hidup untuk mengurangi keinginan berlama-lama di tempat di kasur.
Kegiatan yang perlu dilakukan antara lain berolahraga dan beraktivitas apa pun di luar rumah.
DELFI ANA HARAHAP